CERPEN: SINYAL SUSAH RINDU TAK TERBENDUNG

 

foto: Momen sedang mencari jaringan

Siang itu, terik matahari kian memudar. Awan hitam berkelana tak kenal ujung seketika  menghantam pucuk- pucuk daun, gemuruh riuh ombak berdebur, hiruk pikuk para pejalan kaki berlarian melewati pematang-pematang sawah milik warga. 

Hari yang sungguh menyebalkan sesaat setelah derai wajahnya menghilang dihantam rintik-rintik hujan, sa’at sedang bertatap-tatapan melalui kamera hendpone yang berukuran mini itu.

“Maaf”, ucap Holi sambil mengusap layar henphone.

"Jangan marah jaringan sudah jelek, saya harus pulang ini sudah hujan”

“pulanglah, suara kamu tak terdengar jelas” kata Nur.

“Sepertinya  canda kita hari ini hanya sampai disini” lanjut Nur

“Ia, aku pulang sekarang dan yang pasti aku rindu kamu malam ini” kata Holi

“jaringan jelek, tanpa pamit keduanya mendadak menghentikan pembicaraan” Holi bertunduk lesu.

Hari tergalau untuk “Holi” dan pacaranya yang bernama “Nur”, keduanya adalah sepasang kekasih yang telah menjalin cinta sekian tahun dengan mengatasnamakan LDR. “Cintaku nan jauh di sana”, kalimat ini sungguh melekat pada diri Holi. Cinta yang terus tumbuh bertahun-tahun sungguh menjadikan keduanya sebagai pasangan dengan durasi pacaran yang paling lama. 

Bagi mereka LDR adalah cara terindah untuk menguji kesetiaan cinta dan pada saatnya kekuatan cinta yang akan mendekatkan, walau jarak memisahkan sebab mereka percaya bahwa jarak hanyalah permainan waktu.

Holi adalah sosok pemuda ganteng yang tinggal didaerah pedalaman Flores NTT, sedangkan Nur adalah mahasiswa disalah satu kampus ternama di kota Surabaya. Sejak perpisahan terjadi sekitar 3 tahun silam, dimana “Holi” harus berhenti kuliah dan harus kembali ke kampung halaman sedangkan “Nur” tetap bertahan melanjutkan kuliahnya, keduanya terus menjalin cinta lewat hendphone. Kerinduan keduanya akan mampu terjawab tergantung dari kekuatan sinyal. Maklumlah “Holi” telah sekian tahun tinggal di kampung halaman semenjak perpisahan mengiringi cinta keduanya. 

 

Bagi “Holi” perjumpaan yang terjadi 3 tahun silam adalah adalah jembatan menapaki masa rindu, walau dia tahu rindu itu berat sama berat dengan mencintai “Nur”. 

Rindu yang berat itu, kini semakin setia menemani hari-hari Holi. Di bawah bayang-bayang pondok kecil berdiameter 3*4 tempat terindah dan tempat khusus untuk mendapatkan jaringan telkomsel. Hampir tiap hari dirinya selalu datang ke tempat tersebut guna menuai tugas rutin untuk menelpon “Nur” atau sekadar memberi kabar pada dia yang jauh disana.

Angin yang terus membelainya seolah memberi sapaan halus juga kicauan burung yang tak henti menari-nari di atas udara siang itu seolah mengisaratkan kalau Holi harut berhenti merindu, hujan lebat segerah menyapa dan sinyal telkomsel tak akan lagi menemaninya. Pulang! Kamu tak lagi bisa bersua dengannya! Mungkin itu yang mau diisyaratkan dari keadaan tersebut.

Menyadari hal itu, Holi kemudian berhenti Chatting dengan Nur. Dalam hati ia mengatakan kalau setelah ia pergi ataupun jaringan membatasi dirinya ia pasti akan selalu mengeluh soal jarak  dan juga rindunya yang tak terjawab sempurnah. Ia selalu meyakini kalau cinta Nur tak pernah hilang bersama jaringan telkomsel atau juga terbawah oleh datangnya malam, “Nur akan tetap bersamanya dan akan selalu mencintainya dalam duka sekalipun” pikirnya.  

Ia juga menyadari kala Nur akan mengalami kesepian setelah perpisahan itu. Kesendirian yang dialaminya sungguh menyakitkan. Cinta yang penuh deramatis, bukan saja karena mereka sering bertengkar tapi situasi dan kondisi yang dialami Holi menjadikan kisah cintanya sedikit rumit. ” Cinta memang butuh perjuangan// cinta adalah pelangi// tak ada gunanya aku menangis// tak ada gunanya aku meronta// karena sesungguhnya keadaankulah yang menjadikan semuanya begini  pikir Holi sambil bertunduk dalam diam.

Setelah beberapa sa’at berteman dengan keluh, Holi bergegas pulang ke rumah walau rintik-rintik rindu masih menengada dan angin kencang meniup dari sudut- kesudut pondok hingga membuat atap sedikit terangkat. Rindu, takut, cemas terus saja mengiringi langkah Holi, sambil mengusap-usap pakayan yang sudah basa kuyub, ia berkata:“rintikmu adalah tangisku saat ini aku tak mampu merindu, datanglah malam aku hanya ingin terlelap agar pagi segera menyapaku, malam ini aku tak ingin lagi terkurung oleh waktu, ingin rasanya memeluk rembulan, mengalun memecah malam yang sunyi, meliuk-liuk bersama penari-penari kondang hingga  akhirnya raga terdiam  sambil memeluk harapan”.        

Kamar tidur Holi

Malam itu hujan terus saja mengguyur tanpa permisi, membasahi segalah isi. Holi tak mampu menahan rasa, rindu semakin menggebu menghantam semua isi batinnya hingga tak mampu berkata. Bermodalkan hanphone ia kembali membuka dinding kerinduan tempat ia dan Nur menyimpan segalah kenangan. 

Jepretan 3 tahun lalu atau juga potretan terbaru yang dikirim oleh Nur lewat WA terus menjadi obat penenang baginya, maklumlah karena hanya itu yang mampu ia lakukan sebab jaringan telkomsel tak lagi menunjukan tajinya. Ia juga terus menguatkan perasaan dan terus menerima keadaan karena dua hal itu yang tak mampu dia elakkan, menerima dan berdamai dengan keadaan adalah cara terbaik merawat cinta.            

 

 

 


Komentar